Israel memilih untuk tarik ribuan pasukan dari Gaza. Mereka menerima tekanan dari sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS).
Menurut juru bicara IDF Daniel Hagari, Amerika Serikat (AS) menginginkan Israel beralih ke kondisi perang dengan intensitas kecil. Sehingga korban sipil yang gugur nantinya akan lebih sedikit.
“Tujuan perang membutuhkan laga yang berkepanjangan, dan kami sedang menyiapkannya,” kata Daniel Hagari, di kutip dari Aljazeera, Selasa (2/1/2024).
Ada lima brigade Israel yang di tarik pasukan nya dari Gaza. Mereka nantinya akan di bawa keluar dari Gaza untuk masa pelatihan dan istirahat.
Di lansir lewat Palestina Chronicle, lima brigade itu terdiri atas brigade cadangan ke-551 dan ke-114 serta tiga brigade pelatihan. Mengingat sebagian besar misi militer telah sukses di raih pada wilayah utara dan tengah Jalur Gaza, sebagaimana di beritakan oleh Yedioth Ahronoth.
Meski demikian, pertempuran di kota selatan Khan Younis tetap terus berlanjut. Israel bersumpah tak akan berhenti hingga tujuannya melenyapkan kelompok Hamas berhasil.
Mantan brigadir jenderal IDF, Shlomo Brom, menyampaikan ini merupakan awal dari mode operasi yang berbeda. Kemudian pejabat Israel yang enggan di sebutkan namanya menyebut, perang antara Israel dan Hamas akan menelan waktu cukup lama yakni sekitar enam bulan.
“Ini akan menelan waktu sekurang-kurangnya enam bulan, dan melibatkan misi pengepelan yang intens melawan teroris. Tidak ada yang berbicara tentang merpati perdamaian yang di terbangkan dari Shujayea,” kata pejabat itu kepada kantor berita Reuters, yang mengarah pada distrik Gaza yang di hancur leburkan oleh peperangan.
Seperti di ketahui, Israel telah sukses membunuh 22.000 warga Palestina semenjak tanggal 7 Oktober 2023. Warga Palestina berharap semoga peperangan tersebut segera berakhir di tahun 2024.
“Kami berharap peperangan akan selesai dan kami bisa kembali ke kediaman kami dan hidup damai,” tutur pria berusia 33 tahun dari Khan Yunis, pusat perang di selatan Gaza, seperti di lansir dari AFP.